Mohd Sayuti Omar.
KIBARKAN PANJI DIRI
Panji itu dinaikkan dengan
yang menggulungkan harapan dan impian
disemah dengan
tetes darah perwira
diiringi selaut doa berkat rakyat jelata
diseru dengan semangat dan pegangan
sebuah aqidah hakiki.
Lalu ia berkibar menjulang angkasa
megah menongkah angin dari tujuh jalur alam.
Harapan umat terpacak di puncaknya
tiangnya menjadi pancang keramat
tempat rakyat pasrahkan diri
mencipta tamadun
lalu kita merasa berhak untuk tegak
atas tapak kaki sendiri
dan menggubal “undang-undang” dengan tinta sejati.
Demikian janji dan sumpah yang diperlembagakan
menjadi slogan
mendakap kehidupan sepanjang masa.
Panji itu dijahit dengan benang semangat
disulam dengan sutera keramat
membentangi sebidang harapan
membuka sebuah padang kehidupan ...
Dukalara...
hari ini setelah setengah abad
ia tidak memberi sesuluh cahaya
demi menyapu mimpi-mimpi ngeri
melainkan cebis nostalgia
atau menjadi perca permainan di sebuah pesta si bocah.
Masih nyaring di telinga,
janji yang dilapaz di bawah panji itu;
harapan konon akan terdampar
lautan biru konon akan terbentang
sebuah cermin besar akan tergantung
... itulah pidato sipemain kata-kata celaka
namun semua itu kering dan pudar
Panji itu yang berkibar
membawa semangat dan keyakinan
menguntai rantai di kaki
membuka semutar kebekuan di kepala
hanya menjadi seruan saja
menjadi simbol kepada tamadun sebuah bangsa
menjadi karcis segelintir kita untuk jadi bongkak
(Apa itu tamadun?
kalau haknya masih terinjak
kalau al-dinnya masih dinodai
kalau budaya bercampur aduk hilang rupa diri!)
Apabila panji penjajah turun merendah diri
dengan penuh muslihat
kita... merdeka merdeka merdeka (setakat melaung)
melupai cerita lalu menanti sebuah arca besar
perut tetiba menjadi kenyang
tidur juga lena
mimpi indah silih berganti
wujudlah kita sebagai wangsa bakal berjaya!
Konon!
Hari ini setelah setengah abad panji berkibar
meganya hanya di mata
perut tetap menangis
kebebasan masih terbelenggu
penindasan bermaharajalela
hak sendiri sirna
makin dilihat ia menjadi kosong
makin dihayati makin ternampak
kepura-puraan merangkak-rangkak
di hadapan.
Apakah perlu panji kebebasan itu diturunkan dan
masing-masing kita mengibarkan panji diri!
Wangsa Melawati,
Kuala Lumpur.
18 Jun – 3 Julay 2007.
No comments:
Post a Comment